Rekam Jejak yang Panjang, Tidak Korupsi, dan Bebas dari Kasus Pelanggaran HAM, Menengok Keunggulan Jokowi-Ma'ruf
Bila ingin tahu kualitas kandidat Presiden dan Wakil Presiden yang baik, lihatlah pesan penutupnya di debat capres-cawapres putaran pertama beberapa waktu lalu. Diantara dua kandidat yang ada coba dibandingkan.
Salah satu yang patut dipertimbangkan adalah pesan dari Jokowi-Ma'ruf Amin. Dalam 'closing statement-nya', Jokowi menegaskan bahwa dirinya tidak punya rekam jejak buruk dalam urusan hukum dan HAM.
Jokowi tak punya potongan diktator atau otoriter. Ia tak punya rekam jejak melanggar HAM, juga tidak punya rekam jejak melakukan kekerasan. Mantan Walikota Solo itu juga tak punya rekam jejak masalah korupsi.
Pesan itu diikuti dengan komitmen bahwa Jokowi akan mempertaruhkan jabatan dan reputasinya, serta menggunakan semua kewenangan yang dimiliki untuk memperbaiki bangsa.
Apa yang disampaikan Jokowi tersebut tak lain adalah soal reputasi dan rekam jejaknya. Harus diakui, Jokowi memang bersih, bukan pelanggar hukum, bebas dari isu kekerasan dan pelanggaran HAM.
Hal itu tentu saja berkebalikan 180 derajat dengan lawannya, Prabowo Subianto, yang banyak terlibat dalam kasus kekerasan, seperti penculikan aktivis, dalang kerusuhan 1998, pembantaian di Timor Timur, hingga keterkaitan dengan kasus korupsi.
Selain itu, Presiden Jokowi juga telah memahami persoalan bangsa Indonesia, karena karier politiknya dirintis dari bawah. Sehingga dengan rekam jejak yang bersih dari pelanggaran HAM, kekerasan maupun korupsi, ia tahu apa yang harus dilakukan dan yakin mampu mengatasinya.
Pengalaman yang panjang, rekam jejak yang bersih, mau bekerja nyata, dan tidak terlibat dalam kekerasan serta pelanggaran HAM adalah keunggulan Jokowi. Itu pula yang tak dimiliki lawannya.
Oleh karena itu, sebaiknya kita bersikap rasional dan logis dalam memilih pemimpin. Pilih kandidat yang terbaik dan cakap dalam memimpin. Bukan yang hanya bicara ini-itu, tetapi faktanya tidak bisa bekerja.
No comments:
Post a Comment