Prabowo Pernah Merencanakan Kudeta, Seperti Apa Ceritanya?
Pengakuan Prabowo Subianto soal kudeta pada tahun 2014 lalu, membuka sejumlah fakta di sekitar pergantian kekuasaan pada masa reformasi dari Soeharto ke Habibie. Disebutkan sendiri oleh Prabowo, dirinya ingin mengkudeta Habibie kala itu.
Pengakuan mantan Panglima Kostrad itu setidaknya disampaikan dua kali, yakni saat memberikan pidato pada acara Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia dan public lecture di Soegeng Sarjadi Syndicate, Jakarta.
Di kedua acara tersebut, dengan jumawa Prabowo mengutarakan bahwa dirinya bisa melakukan kudeta pada Habibie, namun diurungkannya. Meskipun kini dirinya sedikit menyesal, karena tak jadi kudeta kala itu.
Salah satu sebab keinginan kudeta itu karena Prabowo dicopot dari jabatannya sebagai Pangkostrad. Hal itu membuat Prabowo naik pitam.
Kenekatan dirinya menemui langsung Presiden Habibie saat itu masih menyisakan banyak pertanyaan, karena banyak asumsi yang muncul baik yang menguatkan maupun mengaburkan, yang jelas karier Prabowo di Militer kemudian terhenti setelah itu.
Dengan adanya penyesalan itu, menunjukkan bahwa ambisi Prabowo menjadi Presiden RI sudah lama dipendam. Dia tak lain adalah sosok yang sangat ambisius, pragmatis dan menghalalkan segala cara untuk merengkuh kedudukan politik.
Meskipun akhirnya tak sampai kejadian, namun pernyataan penyesalan tersebut tak seharusnya diumbar ke ranah publik hanya demi menaikkan eksistensi. Hal tersebut juga berpotensi menimbulkan tafsir negatif terhadap pemerintah dan pendiskreditan terhadap seorang Presiden.
Lucunya, kini Prabowo justru sering mengkritik demokrasi saat ini dianggap kebablasan dengan indikator lahirnya ribuan surat kabar, banyaknya partai politik, dan semakin merajalelanya kasus korupsi.
Padahal, kondisi seperti ini memiliki akar yang panjang, salah satunya karena kondisi perpolitikan di era Orde Baru, dimana kekuasaan digunakan seenak penguasa, korup dan otoriter. Dan, Prabowo adalah orang yang berada di lingkaran penguasa tersebut.
Jika demokrasi yang diharapkan adalah antitesis dari pernyataan diatas, maka perlahan Indonesia sedang digiring kembali menuju peradaban orde baru, dimana keberadaan surat kabar merosot karena dibredel, partai politik bakal kembali difusi demi alasan stabilitas politik, dan bersihnya kasus koruptor karena tak ada yang berani mengungkap ke publik.
Lalu mau apalagi yang diharapkan dari sang mantan perencana kudeta ini? Sungguh tak habis pikir.
No comments:
Post a Comment