Wednesday, 23 January 2019

Hasil Survei Median Berbeda Sendiri, Dicurigai Ada Agenda Politik

Hasil Survei Median Berbeda Sendiri, Dicurigai Ada Agenda Politik


Baru-baru ini, lembaga sigi Median merilis hasil survei elektabilitas pasangan capres dan cawapres. Hasilnya, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di angka 47,9 persen mengalahkan pasangan Prabowo-Sandi 38,7 persen.

Menurut survei itu, selisih keunggulan Jokowi-Ma'ruf Amin dibandingkan Prabowo-Sandi tidak lebih dari 10 persen, atau tepatnya 9,2 persen. Survei itu sendiri digelar pada tanggal 6-15 Januari.

Hasil survei Median, tampaknya berbeda sendiri dibandingkan survei-survei lainnya. Pasalnya, hasil survei lembaga lain, seperti Populi Center, LSI, Litbang Kompas, Indikator Politik justru menyebutkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih di atas 50 persen.

Selisihnya pun selalu di atas 10 persen, bahkan hingga saat ini mencapai 20 persen. Tapi hanya Median yang menampilkan elektabilitas Jokowi 47,9 persen, dan selisihnya 9,2 persen.

Dalam ilmu statistik, perbedaan hasil dari lembaga Median ini disebut deviasi (pencilan). Kondisi ini menunjukkan adanya hasil riset yang berbeda dibandingkan riset sejenis lainnya.

Dengan begitu, jika menemukan lembaga survei yang beda sendiri, patut dicurigai motifnya dan juga kehandalan metodologinya.

Bisa jadi, lembaga survei Median ini sedang membangun framing politik, upaya membentuk opini publik yang seolah-olah kepercayaan masyarakat terhadap Prabowo-Sandi meningkat. Karena hasil survei Median mirip dengan hasil survei internal kubu Prabowo-Sandi.

Timses Prabowo-Sandi tetap bertahan dengan mengangkat kerangka berpikir bahwa jarak antara Paslon 01 dan 02 tinggal 10%, padahal mayoritas lembaga survei lain menyebutkan jarak elektabilitas keduanya masih dua digit atau sekitar 20 persen, dimana elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih diatas 50%.

Pada dasarnya, tidak masalah meski selisih elektabilitas tinggal 1 digit versi Median, karena Prabowo-Sandi masih berat mengejar ketertinggalan dari Jokowi-Ma'ruf.

TKN Jokowi-Ma'ruf juga masih optimis dengan pertumbuhan elektabilitas yang lambat, serta berbagai blunder Paslon 02, bisa jadi elektabilitas Paslon 01 tidak akan tertandingi.

Melihat itu, kita seharusnya agak kritis dalam melihat agenda lembaga survei. Jangan sampai kita mudah dikelabui oleh lembaga survei yang memiliki agenda politik tertentu, sehingga mengarahkan hasil surveinya sesuai dengan kepentingan kandidatnya

No comments:

Post a Comment