Politik Kebohongan Harus Dihentikan, Tak Mendidik Masyarakat Sekaligus Merusak Tatanan Demokrasi
Politik kebohongan menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia. Begitu berbahaya karena digunakan untuk menjatuhkan lawan politik dengan membakar amarah masyarakat akar rumput.
Kasus Ratna Sarumpaet adalah gambaran yang gamblang. Itu menjadi cerminan dunia politik Indonesia menjelang Pilpres 2019. Kebongan yang diciptakan elit politik begitu berimbas pada pemilih di akar rumput.
Hal itu seperti yang diterangkan oleh guru besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Azyumardi Azra. Menurutnya, political lies dan lies politics itu banyak melanda kalangan elite politik yang mengimbas ke lingkungan pemilih akar rumput.
Dalam situasi seperti ini Diharapkan, masyarakat di akar rumput tidak menjadi seperti rumput kering yang sangat mudah tesulut dan terbakar kebohongan politik sumbu pendek.
Rangkaian kebohongan dalam kasus hoax Ratna Sarumpaet itu jelas menyeret sejumlah politisi di dalamnya. Lantaran, sudah barang tentu kebohongan itu bisa dijadikan senjata, khususnya kelompok oposisi Tim Kampanye Capres-wapres Prabowo-Sandi, dengan memviralkan kasus itu melalui media sosial.
Politik hoaks ataupun hoaks politik memang seharusnya dihindari dalam sistem demokrasi. Karena politik hoaks atau kebohongan itu bisa merusak tatanan demokrasi dan tidak mencerdaskan masyarakat.
Harusnya berpolitik adalah saling tukar menukar gagasan. Saling tukar ide bagaimana caranya membangun bangsa, bukan menjual kebohongan hanya untuk meraih kekuasaan.
Kasus Ratna Sarumpaet itu sama sekali tidak mendidik masyarakat. Dan, dijadikan senjata yang gagal oleh kubu Prabowo-Sandi. Tetapi kita telah mencatat kasus itu untuk membuat perhitungan di kotak suara nanti.
No comments:
Post a Comment