Friday, 19 October 2018

Bukan Kampanye, Tindakan Luhut dan Sri Mulyani Hanya untuk Menyimbolkan Indonesia Juara Satu


Bukan Kampanye, Tindakan Luhut dan Sri Mulyani Hanya untuk Menyimbolkan Indonesia Juara Satu 



Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dilaporkan oleh Tim Advokat Nusantara ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Laporan terkait dugaan pelanggaran kampanye di forum pertemuan International Monetary Fund (IMF).

Saat itu, kata dia Luhut dan Sri Mulyani mengarahkan Direktur IMF untuk mengubah posisi simbol tangannya dari acungan dua jari menjadi satu jari. Pelapor menilai Luhut dan Sri Mulyani sengaja memanfaatkan momentum tersebut untuk menguntungkan pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo (Jokowi)- Ma'ruf Amin.

Pelaporan kasus tersebut sebenarnya sangat berlebihan. Sebab adanya perasaan menguntungkan atau tidak kepada salah satu kubu capres itu hanya penafsiran saja. Kenyataannya belum tentu seperti itu.

Padahal, menurut penuturan Luhut, aksinya di Annual Meeting IMF-World Bank di Bali itu memiliki makna tertentu, tetapi yang jelas bukan kampanye. Satu jari itu sebagai simbol untuk juara satu Indonesia dan mengartikan kegiatan IMF menjadi nomor satu.

Tuduhan kampanye kepada Luhut dan Sri Mulyani itu pun juga masih ambigu karena tindakan ajakan untuk mengacungkan satu jari itu dilakukan kepada Christine Lagarde yang secara nyata tidak mempunyai hak pilih.

Terlepas dari hal itu, KPU sebaiknya agar lebih intensif menyosialisasikan etika kampanye kepada para pejabat. Sebab, para pejabat kurang paham terkait apa saja etika dalam berkampanye.

Harapannya agar jangan sampai persoalan teknis mengalahkan substansi. Tujuan kita bersama adalah membangun pilpres yang beredukasi.

Kita pun sebagai masyarakat umum bisa menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Luhut dan Sri Mulyani itu bukan kampanye. Oleh karena itu, menurut kita kasus tersebut tak untuk dipersoalkan lebih lanjut karena hanya akan memperkeruh suasana.

Mari kita songsong Pemilu dengan perasaan gembira, tanpa prasangka buruk satu sama lain, dan upaya menyebarkan perpecahan. Kita jaga Indonesia untuk anak cucu kita.

No comments:

Post a Comment