Monday, 15 April 2019

SBY Disalahkan Prabowo, Petinggi Demokrat Langsung WO dari Arena Debat

SBY Disalahkan Prabowo, Petinggi Demokrat Langsung WO dari Arena Debat


Keretakan Partai Demokat dan Gerindra semakin tampak di hadapan publik. Terakhir terlihat saat debat kelima Pilpres beberapa waktu lalu. 

Di tengah acara beberapa petinggi Partai Demokrat tampak meninggalkan lokasi debat. Diawali Wakil Ketua Partai Demokrat, Syarifuddin Hasan yang tampak meninggalkan lokasi debat dengan tak menyampaikan perkataan apapun. 
Tak lama kemudian, Ketua Divisi Bidang Advokasi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean pun meninggalkan lokasi. Kemudian diikuti dengan Wakil Sekertaris Jendral Partai Demokrat, Rachland Nashidik. 

Kejadian itu terjadi sesaat setelah calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menyebut kesalahan ekonomi di Indonesia saat ini terjadi bukan semata karena kesalahan calon presiden petahana Jokowi.
Prabowo menilai kesalahan arah ekonomi yang mengakibatkan terjadinya deindustrialisasi adalah salah semua pihak. Prabowo juga menyebut salah arah ekonomi ini terjadi karena kesalahan presiden-presiden sebelum Jokowi.

Pernyataan Prabowo itu secara tak langsung menyinggung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang notabene Presiden sebelum Jokowi. Hal ini tentunya melukai perasaan Demokrat yang selama ini konsisten mendukung Prabowo-Sandiaga

Bersamaan dengan keluarnya beberapa petinggi partai tersebut, keributan kecil terjadi di luar arena debat. Penyebabnya, Sekretaris Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ardy Mbalembout tiba-tiba mengamuk di depan pintu masuk. 

Ardy yang mengenakan baju biru khas timses Prabowo-Sandiaga itu tiba-tiba berteriak. Dalam teriakannya, ia sempat menyebut kalau Partai Demokrat akan keluar dari koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga. 

"Bilang Pak AHY, kita keluar dari koalisi," kata kader tersebut. 

Kemarahan itu bisa dimaklumi, sebab Demokrat memang tak begitu dianggap di koalisi Prabowo-Sandi. Nafsu kekuasaan membawa Prabowo pada ucapan yang mengandung blunder dan menghina serta tidak menghargai kehadiran Demokrat terlebih SBY yang pernah menjabat sebagai Presiden RI.

Beberapa hal di atas sudah menjadi bukti bahwa Demokrat dan Gerindra memang tak klop. Maka sudah tepat bila Demokrat memainkan taktik rel ganda. Di satu sisi formalitas mendukung Prabowo-Sandi, tetapi sebelah kakinya mendukung Jokowi. 

Itu sangat logis bila melihat kasus di atas

No comments:

Post a Comment