Sindiran Jokowi dan Penyangkalan Kubu Oposisi soal Politik Sontoloyo dan Genderuwo
Pernyataan pancingan dari Presiden Joko Widodo soal politik sontoloyo dan genderuwo kini dimakan oleh ikannya. Tak salah lagi, ikannya itu adalah kubu oposisi yang berkumpul dalam pendukung Prabowo-Sandi.
Sindiran Presiden Jokowi ini memancing komentar balasan dari salah satu eksponen oposisi, Ferry Juliantono. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini pun mengaku heran, sebab pemerintahan Joko Widodo bagi dia bukan bergerak ke arah yang lebih baik.
Malah kata dia, pemerintahan di era Jokowi ini terus membuat kegaduhan, mulai dari soal polemik politikus sontoloyo hingga genderuwo.
Dibalik reaksi tersebut, kita bisa menilai adanya perasaan penyangkalan (denial) dari kubu oposisi tersebut. Karena merasa tersinggung dengan sindiran Presiden Jokowi, maka menandakan bahwa kelakuan mereka selama ini memang seperti sontoloyo dan genderuwo.
Meski demikian, pernyataan Presiden Joko Widodo itu selain sebagai sindiran, juga bisa dimaknai sebagai motivasi untuk membangun rasa optimisme masyarakat atas situasi dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia. Hal ini persis sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pareira.
Ia mengatakan memang seharusnya seorang pemimpin bisa membangun rasa optimisme dan menginspirasi masyarakat, mulai dari bersikap optimistis maupun berpikiran visioner untuk membangun Indonesia, dan bukan sebaliknya menakut-nakuti masyarakat.
Sebab, narasi pesimisme serta menakut-nakuti dengan berbagai situasi dan tantangan yang dihadapi merupakan bentuk komunikasi politik yang buruk.
Kita bisa menilai sendiri dari pernyataan Presiden Jokowi itu siapa yang sebenarnya berkelakuan sontoloyo dan genderuwo. Siapa yang selama ini memasang wacana pesimisme, ketakutan dan kekhawatiran soal masa depan Bangsa Indonesia.
Kita juga bisa menilai kubu mana yang membawa semanggat dan narasi optimisme bagi Indonesia. Mereka yang mengajak hijrah dan perbaikan demi kemajuan Indonesia.
No comments:
Post a Comment