Wednesday, 7 November 2018

SBY Cenderung Menurun Jokowi Justru Naik, Menengok Tren Pertumbuhan Ekonomi di Dua Rezim

SBY Cenderung Menurun Jokowi Justru Naik, Menengok Tren Pertumbuhan Ekonomi di Dua Rezim


Bila dibandingkan dengan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pertumbuhan ekonomi di masa Presiden Joko Widodo terlihat ada perbedaan yang tajam. Hal itu bisa dibandingkan dari kecenderungannya dari tahun ke tahun. 

Di era pemerintahan Presiden SBY, pertumbuhan ekonomi itu memang terhitung tinggi bahkan bisa mencapai angka 6%. Namun tren-nya itu terus menurun hingga akhir masa pemerintahannya. 

Bila diperhatikan, pertumbuhan ekonomi di era SBY terlihat menanjak pada periode 2004-2007. Puncaknya pada tahun 2007, atau setahun sebelum krisis ekonomi global. 

Pasca itu, tren pertumbuhan ekonomi terus menurun. Hingga berakhir pada angka 5,02% pada tahun 2014, atau 0,4% lebih buruk dibandingkan ketika SBY memulai pemerintahannya pada 2004 lalu.

Sebaliknya justru berbeda dengan pertumbuhan ekonomi pada rezim Presiden Jokowi. Tren pertumbuhan ekonomi itu terlihat lebih stabil, dan memiliki kecenderungan yang terus meningkat. 

Dimulai pada masa terpuruk 5,02%, kemudian turun 4,9%, berikutnya terus menanjak 5% pada 2016, 5,1% pada 2017, 5,2% pada 2018 ini, dan diproyeksikan akan menjadi 5,3% pada tahun 2019 mendatang. 

Memang harus diakui, realisasi pertumbuhan ekonomi di era Jokowi masih dibawah target namun pertumbuhannya terus meningkat. Perbaikan ekonomi diperkirakan berlanjut pada 2019 mencapai 5,3% sesuai target APBN 2019.

Hingga saat ini, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak buruk-buruk amat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di peringkat ke-5 setelah India dengan rerata 7,57% per tahun. Sedangkan China 6,9% per tahun, Filipina 6,57% per tahun dan Malaysia 5,03% per tahun.

Harus dicatat, era pemerintahan SBY banyak diuntungkan oleh kondisi ekonomi global yang moncer dan melambungnya harga komoditas dunia. Saat periode itu, daya beli masyarakat cukup bagus.

Selama periode kepemimpinannya, SBY memang sangat mengutamakan daya beli masyarakat. Berbagai bantuan seperti bantuan sosial, subsidi, dan bantuan langsung tunai digelontorkan kepada masyarakat secara besar-besaran.

Dampak negatifnya, saking sangat takut daya beli masyarakat terganggu, SBY melupakan untuk membangun sektor industri dan infrastruktur.  Rentang tahun 2004 porsi industri manufaktur mencapai 28%, tapi di akhir masa SBY tahun 2014 porsinya merosot tinggal 21%.

Orientasi pembangunan yang berbeda ditunjukkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Saat ini, belanja pemerintah sebagian besar digelontorkan untuk membangun infrastruktur dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 

Melalui kebijakan itu, Presiden Jokowi ingin Indonesia berhijrah dari negara yang mengandalkan konsumsi ke negara yang lebih berorientasi produksi. Karena itu, dengan membangun infrastruktur Indonesia akan memiliki pondasi yang kuat sebagai negara dengan orientasi ekspor, dibandingkan hanya impor. 

Kenyataannya kini kita bisa rasakan sendiri dampak dari pembangunan di masa pemerintahan Presiden Jokowi. Kita sangat yakin ke depan proyeksi pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik.

No comments:

Post a Comment