Kiasan Buta dan Budek, serta Tuduhan Politik Identitas
Pasca memberikan pernyataan soal 'buta' dan 'budek/tuli', KH. Ma'ruf Amin banyak disorot publik. Para pendukung Prabowo-Sandi menyerangnya karena dianggap menyampaikan pernyataan yang kurang sopan, juga menyinggung kaum difabel.
Sebelumnya, cawapres tersebut mengatakan bahwa hanya orang 'buta' dan 'budek' yang tidak bisa melihat prestasi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK). Pernyataan itu dikeluarkan dalam kondisi tidak marah dan bukan sedang menuduh siapa-siapa.
Kiai Ma'ruf hanya ingin menyampaikan kalau ada yang yang menafikan kenyataan, yang tak mendengar dan melihat prestasi Jokowi, sepertinya orang itu yang dalam Alquran disebut ummum, bukmun, 'umyun. Budek, bisu dan tuli.
Ungkapan 'budek' dan 'buta' bukanlah dalam makna yang sebenarnya. Itu harus dimaknai sebagai sebuah perumpamaan, karena ada kata 'kalau'-nya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding. Ia menyebut mereka yang tak melek kesuksesan Jokowi adalah orang yang ‘buta’ dan ‘budek’, hanya kiasan untuk menyindir kubu lawan yang tak mengakui prestasi pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi selama empat tahun belakangan.
Selain soal polemik tersebut, banyak pihak yang menduga bahwa Pilpres 2019 lebih banyak diisi oleh politik identitas daripada program dan solusi yang ditawarkan. Menanggapi ini, KH. Ma'ruf Amin juga tidak setuju. Karena terlihat bahwa kontestasi diisi dengan perdebatan apa yang sudah dan apa yang akan.
Kiai Ma'ruf menuturkan bahwa selama ini dirinya dan timnya selalu memperjuangkan landasan, capaian, dan perolehan pemerintahan Jokowi. Dia mengaku selalu menekankan bahwa apa yang sudah dikerjakan ini untuk manfaat lebih besar di kemudian hari.
Kalaupun ada deklarasi ulama dan kiai itu juga jangan dikaitkan dengan politik identitas. Karena menurutnya pihak yang mendeklarasikan dukungan memiliki kesamaan dengan pasangan calon presiden.
Pendapat soal politik identitas itu sebelumnya diungkapkan oleh Ketua umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menuduh bahwa Pilpres 2019 ini lebih banyak sentimen identitasnya dibanding adu gagasan atau program.
Apa yang diunkapkan oleh KH. Ma'ruf Amin di atas cukup masuk akal. Dalam kontestasi ini banyak pihak yang melempar, namun sembunyi tangan.
No comments:
Post a Comment