Monday, 11 March 2019

Program Pra-Kerja Konkret, Oposisi Hanya Bisa Mengkritik tanpa Alternatif

Program Pra-Kerja Konkret, Oposisi Hanya Bisa Mengkritik tanpa Alternatif


Dalam musim kampanye ini, pasangan capres-cawapres Jokowi dan KH. Maruf Amin menggagas adanya 3 Kartu Baru, diantaranya adalah Kartu Pra-Kerja. 

Hal ini dianggap sebuah program yang konkret dan nyata. Apalagi dibandingkan dengan lawannya, yang mana kubu oposisi hanya bisa mengkritik dengan hitam putih.

Sebelumnya, politisi PKS Fahri Hamzah, misalnya, menyebut Kartu Pra-Kerja tidak masuk akal karena menurut dia tidak ada dana untuk membiayai program ini.

Waketum Gerindra Fadli Zon bahkan menyebut Kartu Pra-Kerja ini impian kosong, politis, dan norak.

Padahal, kalau dipikir-pikir apa yang digagas oleh Jokowi itu sudah cukup baik. Programnya konkret dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sedangkan lawannya tidak sepadan. Seharusnya dalam mengkritik kubu petahana, pendukung 02 lebih mengajukan gagasan yang lebih brilian dan rasional. 

Sebaliknya, mereka justru mengajukan program yang irasional, seperti menjanjikan program 100 hari kerja, namun tak memiliki basis argumentasi yang detail. 

Ia selalu berlindung di bawah narasi besar tapi tak ada gagasannya yang menyentuh bumi karena lebih mengedepankan retorika yang kering dan hitam-putih. 

Sebagai oposisi, kubu 02 payah. Mereka selalu menggunakan logika bahwa semua yang dikerjakan oleh petahana itu selalu buruk dan salah. 

Tetapi mereka sendiri gagal menawarkan solusi alternatif. 

Sehingga, daripada hanya bisa mengkritik, lebih baik apa yang dikerjakan oleh pemerintah. Meskipun ada kurangnya, tetapi lebih konkret.

No comments:

Post a Comment