Wednesday, 26 December 2018

Retorika Bahasa Kampanye yang Berbahaya dari Prabowo

Retorika Bahasa Kampanye yang Berbahaya dari Prabowo


Mendekati hari-H Pemilu, gaya kampanye tim nomor 02 ini kian konfrontatif. Awal pekan lalu, Prabowo sesumbar Indonesia bisa punah jika dia gagal terpilih menjadi presiden. 

Retorika semacam itu sungguh berbahaya. Menempatkan diri sebagai mesiah, dan kubu lawan sebagai sumber masalah, hanya bakal memperuncing potensi konflik antar-pendukung di lapangan. 

Kompetisi politik, yang seharusnya berlangsung beradab, dengan cepat bisa berubah menjadi beringas dan brutal. Karena itu tim kampanye Prabowo-Sandi sebaiknya menimbang ulang strategi dan gaya bahasa kandidatnya.

Di sisi lain, gaya kampanye Prabowo yang bermasalah karena memunculkan konstruksi realitas lain yang berpotensi membuat publik gamang. Dengan menebarkan hasil kajian bahwa Indonesia akan bubar pada 2030, padahal kajian yang dimaksud ada dalam sebuah novel fiksi belaka. 

Hal ini adalah disinformasi yang didesain untuk membentuk realitas alternatif tanpa fakta yang memadai. 

Kemudian, Prabowo yang menuding pers sebagai antek penghancur Indonesia harus diwaspadai sebagai upaya mendelegitimasi pers sebagai rujukan publik dalam mencari fakta yang kuat dan kredibel, sehingga pihak oposisi akan lebih mudah menebarkan retorika lainnya.

Gaya kampanye Prabowo ini mirip dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Presiden AS Donald Trump, dan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang berdampak panjang meski pemilu telah berakhir, yaitu memecah belah publik dan mengguncang stabilitas politik.

Pasalnya, kampanye mereka selalu menggunakan narasi yang menebarkan ketakutan, kekhawatiran, dan selalu berbasis fitnah atau hoaks. 

Padahal, rakyat menginginkan kampanye yang bersih dari manipulasi dan disinformasi, guna mewujudkan demokrasi yang bersih dan terpercaya untuk Indonesia yang lebih baik.

Bila gaya kampanye Prabowo berubah maka akan berpotensi mengubah suasana kampanye menjadi lebih bernas dan berkualitas. Rakyat pun juga akan semakin lebih cerdas

Kita berharap kedua kandidat Pilpres harus berfokus menjelaskan kelebihan masing-masing jika mendapat mandat rakyat dan biarkan rakyat memilih sesuai hati nurani tanpa intervensi.

No comments:

Post a Comment