Saturday, 22 December 2018

Berani Gebrak Meja di Hadapan Ulama, Prabowo Dinilai Tak Islami

Prabowo Gebrak Meja!!


Sikap tidak beradab  telah dipraktikkan oleh Prabowo Subianto di hadapan ulama. Hal ini sebagaimana tulisan Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Usamah Hisyam yang mengungkap kemarahan calon presiden nomor urut 02 itu di depan para ulama Persaudaraan Alumni (PA) 212.

Momen itu terjadi sepekan sebelum Ijtima' Ulama digelar. Kala itu Dewan Penasihat Alumni 212 menggelar forum di Hotel Sultan, Jakarta.

Pertemuan itu digelar untuk menentukan calon presiden yang layak didukung dan kemudian akan disampaikan pada forum Ijtima Ulama. Ketika Prabowo diberikan kesempatan berbicara, ternyata sambutannya justru di luar dugaan.

Prabowo berbicara kencang, dengan nada suara tinggi. Dia memprotes pihak yang meragukan kualitas keislamannya, termasuk ibadah dan kemampuannya mengaji serta menjadi imam salat.

Yang sangat mengejutkan, Prabowo berbicara sambil meninju keras meja rapat di depannya, sampai lima kali tinju, sehingga para ulama dan tokoh-tokoh yang hadir terperangah. Suasana menjadi tegang.

Apa yang dilakukan oleh Prabowo itu telah merugikan para ulama yang merekomendasikan dirinya sebagai calon presiden di pilpres 2019 melalui forum Ijitimak Ulama.

Mengapa para ulama itu rugi? Karena telah memilih orang yang terbukti tidak memiliki sifat yang Islami dan tidak bijaksana, serta berani menggebrak-gebrak meja di depan ulama. Kritik itu sebagaimana disampaikan oleh Juru Kampanye Nasional pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Eva Kusuma Sundari.

Politikus PDIP itu turut menyesalkan bahwa para ulama yang tergabung dalam Ijtimak Ulama kala itu belum mampu memilih pemimpin yang ideal bagi kelompoknya sendiri. Pasalnya, tingkah laku Prabowo sendiri masih diragukan baik dari rekam jejak kepemimpinan dan faktor psikologisnya selama ini.

Dengan begitu terlihat bahwa ijtima' ulama 212 tidak memilih kandidat dengan detail. Mereka tidak memeriksa sampai ke faktor psikologis, faktor karakter, dan faktor track record. Namun, hanya karena gara-gara dia melawan Jokowi kemudian didukung.

Eva lantas memberikan ilustrasi bahwa seorang pemimpin atau calon presiden harus memiliki karakter yang bijaksana dan mengayomi setiap masyarakat, terlebih lagi bagi seorang ulama.

Ia mencontohkan sosok Jokowi yang memiliki sifat santun dan mengayomi segenap masyarakat, tak peduli latar belakangnya. Inilah yang lebih islami dari pilihan ulama ijtima ulama PA 212.

No comments:

Post a Comment