Sunday, 5 May 2019

Lagi-Lagi Gila, Amien Rais yang Suka Provokasi tanpa Bukti

Lagi-Lagi Gila, Amien Rais yang Suka Provokasi tanpa Bukti


Seperti tak ada habis-habisnya, Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais menyerang KPU dan kubu Jokowi-Maruf Amin dengan isu kecurangan. Meski tanpa bukti, Ia hampir tiap hari berteriak soal kecurangan Pemilu 2019 ini. 

Terakhir, Amien Rais menyebut Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai makhluk politik buatan pemerintah petahana. Hal ini diungkapkan Amien dengan menuding adanya kecurangan yang dilakukan KPU dalam penyelenggaraan pemilu.

Pada Pemilu 2019 ini, menurut Amien, telah terjadi kejahatan yang terukur, sistematik, masif, brutal, hingga barbar. Ia menyebut KPU sendiri tak bisa mengendalikan sistemnya. Katanya, data-data di KPU dimasukkan oleh 'siluman'.

Entah apa maksudnya pernyataan-pernyataan Amien Rais di atas. Ia mengoceh sesukanya, tetapi sekalipun tak pernah diikuti dengan membuka datanya, apalagi mau adu data dan diperbandingkan bersama. 

Apa yang dikatakannya itu tak ubahnya mirip dengan dongengan tidur. Atau, ocehan kosong di radio rusak.

Untuk itu, biarkan saja ia terus berkoar-koar, tak perlu dipercaya apalagi dipatuhi. Masyarakat tidak perlu takut, sebab dia hanya melakukan gertak sambal agar apa yang dia inginkan dipenuhi.

Diakui atau tidak, Amien Rais ini teah menjadi hama bagi demokrasi. Ia tidak tahu apa-apa, tetapi omongannya begitu keras dan kasar. 

Ia tidak punya kontribusi apa-apa dalam negeri ini, tetapi sering membuat keributan dan mengadu domba. 

Lazimnya seseorang semakin tua, harusnya semakin matang cara berpikir dan mau membina kerukunan antar umat beragama dan sesama. Tetapi tidak dengan Amien Rais. 

Maka tak aneh bila sosok Amien Rais ini disebut bagaikan duri dalam daging. Ia adalah orang tua yang sudah malang melintang di dunia perpolitikan Indonesia, tetapi tindakannya melebihi politisi. Bahkan dia bisa menjadi perusak politik dan kata-katanya terlalu kasar seperti bukan politisi.

Itulah kelakuan "sengkuni tua" hari-hari ini. Tak pernah berhenti ngoceh demi sesuap nasi dan ambisi politik.

No comments:

Post a Comment