Awas, Politik Kamikaze ala Prabowo-Sandi untuk Delegitimasi Presiden Terpilih
Prosesi Pemilu 2019 mendekati masa akhir. Hasil pesta demokrasi ini tinggal menunggu hari lagi.
Namun, ada satu bahaya yang perlu diwaspadai dari manuver-manuver politik kubu Prabowo-Sandi. Setelah tahu diri mereka akan kalah, dikhawatirkan mereka akan nekat dan menjalankan "politik kamikaze".
Kamikaze adalah sebuah istilah bahasa Jepang yang berasal dari nama angin topan dalam legenda yang disebut-sebut telah menyelamatkan Jepang dari invasi Mongol pada tahun 1281.
"Kamikaze" dalam bahasa Inggris umumnya merujuk kepada serangan bunuh diri yang dilakukan awak pesawat Jepang pada akhir kampanye Pasifik Perang Dunia II terhadap kapal-kapal laut Sekutu.
Dalam konteks ini, kubu Prabowo juga akan menerapkan kamikaze dalam permainan politiknya, yaitu serangan bunuh diri atau serangan frustasi dengan harapan lawan akan mendapat kerusakan yang lebih besar dengan mengorbankan sedikit pasukan.
Alasannya karena Prabowo adalah sosok bermasalah di masa lalu dan tanpa prestasi, sehingga jika ada sebagian rakyat Indonesia yang tidak memilihnya, sebisa mungkin rakyat dibuat untuk tidak memilih Jokowi.
Masyarakat perlu mewaspadai jika kamikaze politik ini gagal, maka kaum radikal di bawah naungan Prabowo tidak menutup kemungkinan akan melakukan kamikaze secara fisik. Inilah yang lebih berbahaya dan patut diwaspadai.
Ada 3 contoh yang gamblang dari politik kamikaze ala Prabowo Subianto. Semua merujuk pada upaya untuk mendelegitimasi kepemimpinan Jokowi.
Pertama, dari sisi Panji Pragiwaksono. Ia mengaku memilih Jokowi, padahal ia kampret. Jika benar memilih Jokowi, ia tidak perlu sok netral dengan membuat video "malas pilih Jokowi" dan "tidak ada alasan memilih Prabowo". Ia bersiasat bahwa jika banyak masyarakat Golput, maka suara pendukung Jokowi akan banyak tergerus.
Kedua dijalankan oleh Dhandy Laksono. Ia membuat film yang sok netral dan mengajak Golput, tetapi isinya lebih banyak menjelekkan kubu Paslon 01 dan memfitnah anak Jokowi.
Ketiga oleh Cak Nun. Ulama ini mengaku sok netral, padahal kampret. Dalam ceramahnya ia menyebut Jokowi dan Prabowo bukan putra terbaik bangsa yang secara tidak langsung menyuarakan Golput, sehingga dapat menggerus suara Jokowi.
Keempat, ada juga pihak yang pura-pura netral, kemudian berkunjung ke kiai NU biar dibilang netral hingga dijuluki Syekh oleh pendukung Jokowi. Namun saat terakhir malah menyatakan dukungan kepada Prabowo dengan cerita mimpi yang tidak jelas juntrungannya.
Semua itu adalah serangan-serangan kubu Prabowo-Sandi untuk mendelegitimasi kemenangan Jokowi. Karena tahu pasti akan kalah, mereka membangun taktik agar pasangan capres-cawapres 01 itu tidak dipercaya rakyat.
No comments:
Post a Comment